Muhammad Kafrawi, S.S., M.Sn.
Galeri Pimpinan
Dr. Mohd. Fauzi, S.S., M.Hum.

Dekan
Dr. Hj. Evizariza, M.Hum

Wakil Dekan 1
Rismayeti, S.Sos., M.IP

Wakil Dekan 2
Jefrizal, S.Hum., M,Sn

Wakil Dekan 3
Qori Islami, S.S.,M.Hum

Kaprodi Sastra Inggris
Drs. Rosman H., M. Hum

Kaprodi Sastra Indonesia
Nining Sudiar, S.Sos. M.IP

Kaprodi Ilmu Perpustakaan
Iik Idayanti., M.Hum

Kaprodi Sastra Melayu
Penelitian
Pengabdian
Agenda

Rabu, 29 Apr 2020, 23:50:46 WIB, 2645 View , Kategori : Unilak

Ket Foto : Rektor Unilak Dr. Junaidi.,SS.,M.Hum

 Dimensi Spiritual dan Sosial Puasa. 

Unilak-Bila diukur dengan rasa, bulan puasa tahun ini jauh berbeda dengan tahun sebelumnya karena serangan pandemi Covid-19. Pembatasan jarak atau social distancing mengharuskan kita untuk menjaga jarak sehingga ini membatasi ibadah yang kita lakukan bersama-sama. Akibatnya, kita diminta untuk beribadah di rumah dan menghindari kerumunan orang. Kita berikhtiar menjaga jarak untuk memutuskan penyebaran Covid-19. Tradisi atau kebiasaaan bulan puasa pun berubah. Petang balimau, ziarah kubur, mengunjungi keluarga, buka bersama, tadarus, mengaji, bersama, salat bersama, dan mudik tidak bisa dilakukan.


Meskipun ada rasa yang berbeda ketika berpuasa pada masa pandemi Covid-19, kita harus tetap menjalankan puasa sesuai dengan arahan Yang Maha Kuasa. Kita harus tetap menguatkan dimensi spiritual dan sosial ibadah puasa agar puasa kita memberikan berkah untuk diri sendiri dan orang lain. Pelaksanaan puasa merupakan wujud dari ketaatan manusia kepada Allah SWT. Orang beriman secara khusus dipanggil Allah SWT untuk menjalankan puasa agar keimanan mereka terus meningkat. Keimanan yang berada pada dimensi spiritual yang berada dalam diri manusia. Dimensi spiritual berkaitan dengan hubungan vertikal seseorang secara langsung dengan Allah SWT. Terkait hubungan vertikal manusia-Tuhan dengan hakikat puasa terdapat dua sisi yang perlu dicermati.

Pada satu sisi kita dilarang untuk melakukan perbuatan yang bisa membatalkan puasa seperti makan dan minum pada siang hari. Dalam konteks ini, kepatuhan manusia kepada Allah SWT diwujudkan dengan tidak melakukan perbuatan yang dilarang Allah pada waktu tertentu. Pada siang hari kita dilatih untuk meninggalkan larangan yang telah ditetapkan Allah SWT. Kemampuan kita untuk menahan diri atas perbuatan yang dilarang Allah merupakan cara yang disediakan Allah SWT agar kita lebih dekat dengan-Nya. Sedangkan pada sisi yang lain, kita diminta melaksanakan ibadah wajib dan sunat yang disedikan Allah SWT. Reward atau pahala berlipat-lipat yang sediakan
Allah SWT bertujuan manusia terus mengoptimalkan potensi spiritual dalam dirinya beribadah
sehingga predikat takwa dapat diraih manusia melaui puasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keimanan kita kepada Allah SWT dinilai dengan cara menahan diri atas perbuatan yang dilarang dan melaksanakan perbuatan atau ibadah yang dianjurkan Allah SWT. Dimensi sosial ibadah puasa berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain. Puasa melatih seseorang untuk peduli kepada orang lain. Dasar adanya relasi antara hubungan sosial dengan ketakwaan dapat dilihat dalam firman “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. al-Maidah: 2).

Dalam berpuasa kita diarahkan untuk merasakan kondisi orang lain agar kita memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Dalam rezeki yang diberikan Allah SWT kepada kita ada hak orang lain yang harus kita keluarkan. Kita bisa memberikan bantuan dalam bentuk uang, makanan, atau pakaian kepada orang lain. Allah SWT perintahkan kita untuk menyalurkan rezeki dalam bentuk infak, sedekah, zakat dan wakaf. Kepedulian dengan dengan orang lain merupakan manifestasi dari prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin. Artinya, Islam menjadi rahmat bagi selurah umat manusia.

Begitulah kemulian Islam menjalan hubungan baik dengan sesama manusia. Kita tentu saja harus bisa mengaplikasikan kemulian ajaran Islam ini dalam kehidapan sehari-hari Pada masa pandemi Covid-19, terbuka ruang yang lebih besar bagi kita untuk mengaplikasi dimensi sosial sosial puasa dengan cara menyalurkan lebih banyak
rezeki kepada orang lain. Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kondisi ekonomi masyarat. Pedagang tidak bisa lagi berdagang, pasar tutup, karyawan berhenti bekerja dan pabrik banyak tutup. Kondisi seperti itu membuat
kehidupan masyarakat semakin sulit dan bahkan sebagian masyarakat tidak mampu lagi untuk memenuhi keperluan
hidup sehari-hari. Dengan spirit sosial puasa Ramadan yang kita jalankan tahun ini, kita seharusnya bisa meningkatkan kepedulian kepada sesama.

Bagi orang yang tergolong mampu atau memiliki kelebihan rezeki harus lebih banyak memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan. Kasih sayang Tuhan ada pada anak yatim, fakir miskin dan orang-orang tidak mampu. Sehingga dengan memberikan pertolongan kepada mereka kita pada hakekatnya sedang mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dengan keimanan kepada Allah SWT dan kepedulian kepada sesama kita akan menjadi orang yang lebih bertakwa sesuai dengan visi ibadah puasa. Melalui berkah Ramadan mari kita bermunajat kepada Allah agar pandemi Covid-19 berakhir dan kit diberikan ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi ujian berat ini. Aamiin Yaa robbalal’aamin. (Tulisan ini telah terbit di halaman satu Riaupos. Senin 27 Arpil)



Wakil Rektor III Unilak Berharap Unilak Archery Club Lahirkan Atlet Panahan Nasional
Sabtu, 23 Mar 2024, 11:13:47 WIB, Dibaca : 330 Kali
Taman Kehati Unilak-PHR Raih Rekor Muri
Selasa, 19 Mar 2024, 16:25:31 WIB, Dibaca : 333 Kali
Magister Akuntansi Resmi Berdiri di Unilak, Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah dibuka
Sabtu, 16 Mar 2024, 09:07:52 WIB, Dibaca : 451 Kali

Tuliskan Komentar
Galeri Dosen & Karyawan
Sekilas Info
Statistik Pengunjung
Pengguna Online 1
Pengunjung Hari ini 100
Hits hari ini 265
Total Hits 163340
Total pengunjung 71709